INISIASI MEN-DARING-KAN MUSEUM MENJADI ALTERNATIF TETAP DIBUTUHKANNYA KEBERADAAN MUSEUM
Menurut UNESCO dan Dewan Museum Internasional (International Council of Museums-ICOM), sejak merebak wabah covid-19, 90% dari 85 ribu museum di dunia saat ini, tidak membuka kunjungan publik. Bahkan,menurut data tersebut, hampir 13% dari museum itu diperkirakan tidak akan pernah buka kembali setelah pandemi mereda alias tutup permanen.
Beberapa museum memang telah mulai dibuka kembali untuk publik sesuai dengan pedoman pemerintah setempat, seperti mengizinkan kunjungan dengan pembatasan pengunjung, menggunakan masker wajah, dan memeriksa suhu saat masuk. Namun, menurut laporan UNESCO, banyak museum mengandalkan donatur dan sponsor sekitar 5% hingga 100% untuk anggaran mereka.
Sejumlah lembaga kebudayaan di seluruh dunia telah menciptakan program khusus daring dan berkolaborasi dengan program seperti Google Arts & Culture untuk membuat pameran tersedia secara daring. Museum Seni Blanton di Austin Texas, menghindari untuk memecat stafnya selama pandemi dengan menugaskan karyawan dengan proyek baru. “Seperti mendigitalkan koleksi mereka dan tulisan tangan kartu ucapan terima kasih kepada para donatur, “ kata Direktur Museum Texas, Simone J. Wicha dalam kolom di Wall Street Journal.
Inisiatif online yang diselenggarakan oleh museum "dapat menginspirasi museum lain, terutama di negara-negara Afrika, pulau kecil dan negara berkembang (SIDS), di mana hanya 5% museum yang dapat menawarkan konten online kepada audiens mereka," tulis perwakilan UNESCO dalam laporan tersebut.
Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Harry Trisatya Wahyu mengakui pihaknya memanfaatkan augmented reality dan komik digital sebagai bentuk inovasi. “Kami tidak tinggal diam, langsung beradaptasi. Kita membuat seminar dan tur virtual, apalagi sekarang ada Zoom, YouTube, dan media sosial. Kalau ada yang mau tur virtual juga kita buat syaratnya mudah. Tinggal mengirim surat permohonan secara online, nanti dibuatkan jadwal sesi pemanduannya, bisa untuk sekolah dan umum,” pungkas Harry.
Koordinator Bidang Program Publik, Museum Listrik dan Energi Baru Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Adang Suryadana menyampaikan bahwa praktik baik museum yang proaktif dan memanfaatkan teknologi digital dilakukan oleh Museum Listrik dan Energi Baru. Adang mengatakan, ia dan tim mempelajari apa saja yang relevan tentang listrik dari pelajaran di SD, SMP, dan SMA. “Kami menampilkan apa yang dipelajari dan dibutuhkan anak-anak di sekolah, dan kita desain menarik agar siswa antusias,” ujar Adang.
Sepakat dengan pernyataan sebelumnya, Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Agus Nugroho mengatakan, ia juga telah memanfaatkan teknologi digital untuk virtual tour. “Ini diapresiasi masyarakat,” imbuhnya.• (Istimewa)
Komentar
Posting Komentar